Kebyar-Kebyar Sebagai Lagu Kebangsaan

Posted: Oktober 4, 2013 in Uncategorized
Tag:, , ,

imagesSeorang Imam sholat berjamaah lupa salah satu ayat dalam satu surah pendek, ma’mum di shaf pertama mengingatkan, sang imam melanjutkan, tapi tersendat kembali pada ayat berikutnya, padahal surah itu sudah sering dibacanya, akhirnya dia memutuskan membaca surah lain.

Lupa adalah salah satu sifat manusia, makanya tata tertib sholat berjamaah, shaf pertama orang yang juga hafal sekurang-kurangnya surah-surah pendek. Disamping untuk menggantikan imam jika imam tiba-tiba batal, juga bisa mengingatkan bacaan imam, atau gerakan lain dalam sholat. Untuk shaf wanita cukup mengingatkan dengan tepuk tangan.

Lain halnya dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Jika ada pemimpin atau pejabat yang lupa lirik lagu kebangsaan, maka bersiaplah untuk dicaci maki, dihujat, dianggap tidak nasionalis, dan semacamnya. Seolah-olah nasionalis sejati adalah orang yang tidak boleh lupa lirik lagu kebangsaan dalam kondisi apa pun. Menpora Roy Suryo dan aktivis Usman Hamid pernah merasakan “manisnya” hujatan dalam soal ini.

Jika Anda adalah seorang pejuang kemanusiaan,pejuang lingkungan, dan sebagainya yang tanpa publikasi, tanpa basa-basi, ikhlas demi negeri tercinta Indonesia tapi Anda lupa lirik lagu kebangsaan, maka Anda tetap dianggap tidak nasionalis.

Mengukur kecintaan Indonesia hanya dengan tidak boleh lupa lirik lagu kebangsaan sangat tidak relevan. Ketika ditanyakan kepada atlet yang dapat medali emas, bagaimana perasaannya mendengar lagu kebengsaan? Jawabannya, bangga dan terharu. Kesan bangga karena lagu Indonesia Raya yang indentik dengan Indonesia berkumandang di satu tempat yang dihadiri oleh orang-orang berbagai bangsa. Terharu karena berhasil menjadi juara, dan bisa mempersembahkan sesuatu buat bangsa. Tapi tidak ada yang pernah bertanya kepada tlet itu, Anda hafal lagu yang membuat Anda bangga itu? Coba nyanyikan.

Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia tidak menjamin seseorang atau sekolompok anak negeri ini tidak berpikir untuk memisahkan diri dari Indonesia, atau minta merdeka. Bisa karena beberapa sebab, bisa karena merasa diperlaukan tidak adil oleh Negara, atau masalah ketersinggungan keyakinan yang dianut di satu provinsi.
Kalau kita simak lirik lagu Indonesia Raya memang cuma berisi imbauan, rasa cinta, dan sejarah kemerdekaan bangsa.

Imbaun untuk bersatu dalam lirik
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Imbauan untuk membangun dalam lirik
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Rasa cinta pada Indonesia dalam lirik
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku

Bangsa dan Tanah Airku
Atau pada lirik
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Sejarah kemerdekaan bangsa dalam lirik

Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Tidak ada lirik yang bisa membuat anak negeri ini “cinta mati” pada Indonesia. Jadi bisa dimengerti, jika tersinggung sedikit saja pada soal keyakinan, atau merasa diperlakukan tidak adil, kontan minta lepas dari NKRI, seperti seorang istri yang mendengar suaminya selingkuh, kontan berteriak,”kembalikan aku kepada orang tuakuuuu.”

Padatahun 1979 Gombloh merilis lagu Kebyar-Kebyar yang fenomenal itu. Menyimak lirik lagu Kebyar-Kebyar, bukan cuma menimbulkan rasa cinta pada tanah air, atau sekedar imbauan membangun negeri, tapi juga bias menimbulkan rasa cinta mati terhadap Indonesia.

Indonesia …Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu
Indonesia …Debar Jantungku,
Getar Nadiku Berbaur Dalam Angan-anganmu
Kebyar-kebyar, Pelangi Jingga
Biarpun Bumi Bergoncang Kau Tetap Indonesiaku
Andaikan Matahari Terbit Dari Barat
Kaupun Tetap Indonesiaku
Tak Sebilah Pedang Yang TajamDapat Palingkan Daku Darimu
Kusingsingkan Lengan
Rawe-rawe RantasMalang-malang Tuntas

Jika kita meresapi syair lagu ini, masihkah kita berpikir untuk merdeka dari NKRI, hanya karena merasa diperlakukan tidak adil? Walaupun kemerdekaan itu hanya sebatas wacana, atau satu kali saja terucap dari mulut anak negeri ini, bisa menujukan kecintaannya pada Indonesia belum pada tahap cinta mati.
Jika merasa diperlakan tidak adil, maka yang harus kita lawan dalah ketidak adilan itu ! Karena ketidak adilan itu belum menyebabkan bumi bergoncang, atau menyebabkan matahari terbit dari barat, atau sebilah pedang tajam yang mengacam nyawa kita. Kalau toh ketidak adilan menyebabkan semua itu terjadi, lirik lagu Gombloh itu dengan lantang mengatakan, “ Kau tetap Indonesiaku ! “

Saya menyarankan lagu Kebyar-Kebyar bisa dijadikan “lagu pendamping” lagu Indonesia Raya dinyanyikan setelah lagu Indoensia Raya pada setiap upacara bendera. Atau upacara resmi lainnya. Tentu saja tidak ada jaminan meniadakan sekolompok anak negeri yang minta merdeka, paling tidak bisa mempersempit wacana merdeka. Namanya juga usaha….

4 Oktober 2013

Tinggalkan komentar