NontonTelevisi Malam Ini

Posted: Februari 28, 2014 in Uncategorized
Tag:, , ,
tv.palapaprobolinggo.blogspot

tv. palapaprobolinggo.blospot

Kamis malam, 27 Pebruari 2014.
Tidak ada pekerjaan kejar waktu
Aku bisa santai nonton televisi
Mudah-mudahan tidak diganggu tamu.

Metro TV ada acara dialog. Temanya soal teror politik. Menghadirkan politisi dari PDIP, Gerindra, dan dari DPP Partai NASDEM. Ada dari polisi, Boy Arfli Amar. Ada dua pengamat, saya belum pernah lihat sebelumnya. Satu wanita muda, dan satunya lagi pria muda berlabel pengamat teror. Kalau ada pengamat yang tidak populer tampil di Metro TV biasanya dia pengamat yang sengaja dipanggil untuk kepentingan “kampanye” Metro TV. Bukan untuk urusan politik, tapi untuk meminjam mulut buat ngeritik pemerintah. Eh, urusan politik juga ya…Tapi prasangka buruk saya kali ini salah total.

Ketiga perwakilan parpol hampir sepakat, teror politik yang terjadi selama ini bersifat vertikal, tentu saja yang dimaksud adalah pemerintah. Mereka menuntut pemerintah harus adil. Begitulah kira-kira.Tibalah gilran pernyataan penutup. Giliran pengamat terorisme muda itu bicara. Tidak disangka, pengamat itu mengatakan kurang lebih, “ Jangan hanya menuntut pemerintah agar berbuat adil, tapi media juga harus adil. Sekarang kan ada televisi yang hanya menayangkan parpol tertentu saja.” Nampak sekali host metro tv gugup. “ Kita kan sedang bicara soal teror,” sela host itu. Pengamat itu tidak mau kalah. ” Televisi yang terus menerus hanya menayangkan parpol tertentu juga merupakan teror dalam bentuk lain,” katanya mantap.
Hmmmm…dijamin nggak bakalan pemgamat itu muncul lagi di Metro TV.Hahaha…

Ganti Chanel. TV One sedang melaporkan secara langsung penemuan berkarung ganja dari hasil tangkapan di Depok berkat pengembangan dari penangkapan sebelumnya di Jakarta. Sudah jelas pemilik berkarung ganja itu pasti bandar narkoba. Eh, dengan lugunya reporter televisi bertanya pada Brigjen Pol Arman Depari, “Apakah pelakunya akan direhabiltasi? “
Hahaha…Bandar narkoba direhabilitasi? Hahahaha…Pertanyaan tolol itu memang bukan baru sekali ini dilakukan oleh reporter lapangan TV One, makanya jika ada cara reportase lapangan, saya pasti nonton. Lumayan bisa buat hiburan.

Ganti chanel. Global TV. Rupanya global tv mengambil pasar yang ditinggalkan Trans tv yang lagi keranjingan acara nggak ada juntrungannya. Tiga film ditayangkan setiap pukul tujuh malam sampai dini hari. Kali ini film berjudul “ The Adjustment Bureau “

Saya tidak nonton dari awal. Tapi cukup paham ceritanya. Ada adegan menarik ketika tokoh senator muda Amerika berpidato. Dia mengatakan, menjadi senator berarti seperti kehilangan jati diri. Memakai dasi ditentukan warnanya oleh tim sukses. Dasi yang dipakainya saat pidato ini adalah hasil seleksi ratusan dasi. Begitu juga memakai sepatu. Sepatu mengkilat hanya dipakai pada acara tertentu. Jika akan blusukan ke komunitas buruh, dia harus memakai sepatu yang agak jelek dengan goresan yang telah ditentukan oleh konsultan yang dibayarnya cukup mahal. Lalu senator itu mencopot sepatunya.”Lihat,” katanya sambil menujuk goresan di sepatunya. “ Untuk menentukan bentuk dan jumlah goresan ini, harus mengelurkan kocek sekian ribu dolar buat konsultan.”
Hmmmm…rupanya pencitraan terjadi di seluruh dunia. Kenapa di Indonesia menjadi barang aneh? Jangan-jangan kalau ada pejabat publik– kebetulan akan jadi capres– turun ke gorong-gorong, sudah ditentukan posisinya agar angel kamerar wartawan bisa mengahsilkan gambar yang “berbicara.”

Iklan. Ganti chanel. TV One. Berita Jokowi mengajak Ahok blusukan ke pasar. O, rupanya Jokowi tengah menyiapkan putra mahkota? Jadi nih nyapres? Oke deh…

Ganti Chanel lagi. GolbalTV. Lanjutan film “ The Adjustment Bureau.” Entah sudah berapa segmen aku ketinggalan. Muncul beberapa tokoh antagonis. Nampaknya sih tokoh hayalan sang senator, atau entah tokoh apalah nggak ejlas. Pakaiannya gaya mafia. Kepala Antagonis itu mengikat senator muda di kursi di sebuah parkir bawah tanah. Dia bilang, “ Mestinya hari ini kamu giliran terlambat 10 menit naik bis, juga giliran menumpahkan kopi…”
“Menumahkan kopi?“ tanya sentator muda itu heran.
“Kamu sangka senator menumpahkan kopi itu ketidak sengajaan? “ tanya kepala Antagonis serius.
Wah, sampai sejauh itukah pencitraan?

Toktoktok..Assalamualaikum..Wah, ada tamu datang pada saat yang tidak tepat. Terpaksa aku matikan televisi. Aku keluar dari alam pikiran yang mengomentari kejadian yang mungkin saja aku kurang paham. Diseret kesana kemari oleh tayangan televisi. Aku datangi tamuku yang telah mengembalikan aku pada relita kehidupanku. Siapa tauh tamu itu membawa rezeki bagi keluargaku. Ini baru realistis. Ngapain mikirin teror politik, reporter tv one, pencitraan. Urusanku adalah, bagaimana besok aku bisa bikin keluargaku sejahtera dan besoknya lagi dan besoknya lagi…

27 Pebruari 2014

Tinggalkan komentar